Jumat, 26 Juni 2009
MEMAHAMI TERJADINYA KEMATIAN MASSAL MENDADAK IKAN KOI
Secara tiba-tiba ikan-ikan koi kedap-atan sudah mati mengambang di permukaan atau tengelam di dasar kolam.Tanpa gejala tanpa sebab yang pasti,aroma kematian menyelimuti seluruh bagian kolam.Hari terus berjalan seiring bertambahnya jumlah mayat ikan yang harus kita serok dan kuburkan bersama banyak pertanyaan yang di bawa jasad tak bernyawa itu. Antara ketakutan dan bayangan ngeri akan musnahnya seluruh koleksi ikan di kolam,tindakan-tindakan mendadak penuh kepanikanpun dilaksanakan secara heroik dengan satu misi:menyelamatkan ikan-ikan kesayangan.
Dari seluruh korban yang sempat diamati, ternyata ada tanda yang sama pada bagian organ insangnya, yaitu insang berwarna merah pucat dengan noda coklat kekuningan atau seluruh bagian insang berwarna krem kekuningan pucat bahkan ada beberapa ikan yang insangnya sudah berubah bentuk dengan warna keputih-putihan atau merah gelap.Kematihan karena serangan pada insang.
RIWAYAT KEJADIAN
Di Blitar,Jepang,Israel,Eropa dan Amerika, kejadian yang sama juga sering di alami para petani ketika mengangkat ikan dari kolam-kolam lumpur kemudian di pindahkan ke bak-bak semen atau fiber yang berisi air bersih.Di blitar ,kejadian semacam ini sudah biasa,biasanya di simpan rapi tanpa publikasi,kemungkinan karena dianggap akan lebih banyak mudaratnya daripada maslahatnya bila pedagang atau penghobi koi mendengarnya. Kekhawatiran ini tidak perlu,bila penangananya tepat,sehingga pedagang dan penghobi dijamin menerima ikan sehat.Tetapi juga bukan sesuatu yang dapat diabaikan,karena bila penangananya tidak benar, maka penyakit turunan(secondari diseases) bisa saja menyusul.
Di beberapa Negara,sempat dicurigai ini adalah serangan virus bahkan ada tuduhan herpesvirus(KHV) sebagai pelakunya,tetapi banyak laporan menyebutkan bahwa itu bukanlah ulah kelompok KHV.Teror ini menyebar dengan cara -cara lebih santun,tetapi sama saja,mematikan.
Pada umumnya pejangkitan penyakit ini terjadi pada saat kedatangan ikan-ikan baru,baik semasa karantina atau sesudahnya. Dalam beberapa kasus,kwalitas air(terutama ammonia, pH, suhu dan racun lain)dan kepadatan ikan belebih,berkontribusi positif dalam memperparah riwayat penyakit ini.Penyakit ini semakin besar kemungkinan terjadinya pada kondisi air yang lebih sadah(GH/General Hardness tinggi).
Serangan terjadi pada suhu air antara 18 - 26derajat C.Kematian mulai terjadi dalam waktu 48jam setelah ikan-ikan masuk ke dalam kolam karantina,kecuali pada ikan yang sudah terserang sejak dari asalnya,kematian lebih cepat menjemputbahkan pada hari pertama.Pada suhu lebih rendah proses penyakit ini berjalan lebih lambat,dan pengalaman saya pribadi,ikan-ikan import dari jepang yang kita treatment dengan es balok dalam bak karantina angka prevelensi kejadiannya di bawah 1% bahkan seringkali 0%.Kalau di Blitar justru serbaliknya biasanya pakai pemanas sampai 32derajat C dalam bak karantina untuk meminimal angka kematian.
Masa inkubasi antara 2 sampai 3 minggu. Tetapi apabila ada ikan yang sudah membawa penyakit ini dari tempat sebelumnya,maka kurang dari 12jam gejala klinisnya mulai tampak.Secara kebetulan,saya mengamati bahwa ikan-ikan koi yang di jemput maut secara tragis ini berukuran 20-30cm.Ikan yang berukuran kurang dari 20cm atau lebih dari 30cm, ada juga yang mengalami kematian,tetapi ada gejala lain selain serangan insang.
GEJALA KLINIS
Beberapa gejala dan tanda klinis di bawah ini bisa di amati secara mudah,tetapi sebagian kasus yang saya cermati terbukti tanpa gejala dan tanda apapun,kecuali kulit kering di beberapa bagian tubuh ikan dan beberapa sisik lepas sebelum siluman maut menjemput.
Secara umum gejala dan tanda awal, ikan tampakm malas-malasan,nafsu makan hilang,gerakan pernafasannya lebih cepat,dan cenderung memilih mojok di dasar kolam atau diam mengambang di tengah kedalaman kolam.
kadang lendir tampak lebih banyak,dan sesekali terlihat lendir keluar dari insang dan tetap menempel.lendir berlebih ini hanya tahap awal saja yang menyebabkan sisik tampak makin kemilau.Jika masih bertahan hidup, lendir akan berhenti berproduksi dan kulit mulai tampak normal kemudian kusam dan akhirnya kering.Gejala biasanya dimulai di sekitar pangkal ekor,sekitar dada dan perut bagian bawah,yang pelan-peln menjadi semakin kasar dan kadang kelihatan seperti bertabur pasir.
Beberapa ikan mengalami gejala lain semacam luka kulit berwarna putih pudar di beberapa bagian,yang sekilas mirip serangan jamur.Untuk koi yang berwarna gelap chagoi,soragoi,ochiba dll,luka tampak lebih gelap.
Selain itu,gejala perilaku abnormal juga di tampilkan,misalnya gerakan renang yang tak teratur seakan tanpa tujuan,meluncur dari atas ke bawah,berputar cepat mengelilingi bibir kolam,memotong kerumunan ikan lain.Tetapi ini terjadi pada pada beberapa ekor ikan yang mungkin tergolong autis,karena sebagian lain ikan yang terserang biasa-biasa saja perilakunya,meskipun sama sama berada di pintu ajal.
secara internal, berdasarkan hasil pembedahan ikan-ikan yang sudah mati,organ-organ berwarna lebih pucat atau sebaliknya lebih gelap.Kadangkala ada pendarahan di mana-mana,insang,organ pencernaan dan alat ekresinya.
PENYEBAB PENYAKIT
Dari berbagai jurnal ikan internasional yang terbit, berbagai jenis bakteri diamati dalam kasus ini, termasuk Aeromonas hidrophila,Asorbria,Acavide,Asalmonicida dan Flavobacterium psychophila.Tak satupun dari mereka ditemukan dalam kasus penyakit ini,baik pada jaringan korban yang di teliti maupun hasil pengamatan mikroskop electron.
Kesimpulan dari beberapa negara yang peduli dengan tragedi penyakit ini,menyimpulkan indikasi awal penanggung jawab kejadian penyakit ini adalah infeksi sejenis virus(viral infection).Studi tentang penyebaran sumber penyakit ini sudah dilakukan oleh para ahli di jerman dan USA,termasuk antara lain University of California.Tetap saja belum jelas karena beda lokasi beda juga virus penyebabnya.
PENANGANAN
Sampai saat ini belum ada satu obatpun yang dapat diyakini mengatasi dampak penyakit ini. Penambahan GARAM kedalam air lebih bermanfaat pada pencegahan terjadinya serangan seconday diseases.Gejala klinis hanya terjadi pada ikan-ikan yang terinfeksi yang mengalami perubahan suhu air secara drastis antara 18-26derajat C.Dengan memanipulasi suhu air, diharapkan akan memberikan hasil yang lebih baik .Menaikan suhu air di atas 26 C sampai kematian koi tidak terjadi lagi, dan kemudian secara bertahap menurunkan suhu akan meminimal angka kematian.
KEKEBALAN
Karena cukup bukti bahwa ikan yang berada pada suhu 18-26 C berpotensi mengalami serangan agen penyakit ini, maka faktor suhu dianggap punya andil besar dalam ledakan penyakit ini.Di Negara Israel, para petani Koi meningkatkan kekebalan ikan dengan cara manipulasi suhu air secara regular.Mereka menyebut ikan-ikan yang lulus ujian ini sebagai "ikan berkekebalan alami"(naturally immune fish)dan terbukti tingkat kematian yang biasanya mencapai 80%atau lebih dapat turun sangat fantatis di bawah 5%.Mereka juga mencatat kalau ikan-ikan berkekebalan alami itu lebih kuat dan tahan terhadap berbagai perubahan kondisi kolam.Ini juga di terapkan oleh petani-patani koi di Blitar
DISKUSI
Karena sebagian besar kasus terjadi pada saat pemasukan ikan-ikan baru, maka dapat disimpulkan bahwa p[enyakit ini karena adanya KONTAK LANGSUNG antara sehat dengan ikan berpenyakit.Kalau kolam kita sendiri yang sudah di huni koi dalam waktu puluhan bulan atau tahun,tidak perlu khawatir akan serangan siluman ini,selama yakin tidak ada koi baru yang masuk.
Mengapa? Ketika ikan sudah tinggal di dalam kolam ,maka seluruh organ tubuh dan system yang mengatur cara hidup dan juga tingkat kekebalan akan diadaptasikan dengan kondisi setempat dan dikonsolidasikan secara permanen oleh ikan tersebut sehingga tetap dapat hidup damai rukun sentosa dengan ikan lain dan pemiliknya.Bisa jadi,diantara puluhan atau ratusan ekor koi tersebut ada beberapa yang sebenarnya adalah ikan pembawa penyakit(carrier fish). Dalam hal ini,carrier fish yang ada sudah dapat menerima lingkungan tempat dia hidup dan tak ada yang dapat menjadi pemicu munculnya penyakit bawaan yang tersebunyi itu.
Boleh dicatat bahwa meskipun ikan bukan ikan yang baru di angkat dari kolam lumpur atau sawah,tetapi ikan yang berasal dari kolam lain,tetap saja sangat besar potensinya menjadi pemicu terjadinya gegar lingkungan yang dapat menyeret ke dalam kasus kematian masal,kalau dia dimasukkan ke dalam kolam yang sudah stabil penghuninya.
Hal-hal yang kadang terabaikan misalnya, pembelian ikan koi atau pemberian ikan koi dari teman yang kita tidak tahu kolamnya memadahi dan ikan sehat-sehat saja, menjadikan kita berprasangka aman masuk kolam tanpa karantina terlebih dahulu.Tetapi siapa yang tahu apakah koi tersebut carrier fish atau tidak?Dengan yakin kemudian kita masukkan aja ikan tersebut ke lingkungan yang baginya mungkin sangat ekstrim.Maka,waktu yang akan berbicara tentang akibat yang harus ditanggung oleh penghuni lama atau dia sendiri si penghuni baru,semuanya tak ada yang kita inginkan.
Dalam hal ini yang perlu di pahami adalah, bahwa kualitas air kolam yang baik di tempat seseorang belum tentu sama persis kondisinya dengan kualitas air kolam yang sama baiknya di tempat orang lain.Ada banyak unsur yang kadarnya mungkin berbeda,sehingga koi yang sudah beradaptasi di suatu tempat baik,dia ternyata masih perlu beradaptasi di tempat baik lainnya ketika dia pindah.
Untuk mencegah terjadinya serangan akut penyakit ini,maka direkomendasikan untuk MENGKARANTINA ikan baru selama 2-4minggu dalam suhu air 18-26derajat C dan bila perlu dengan manipulasi suhu. Ditambah dengan garam 2-5kg/m3.Meski bukan yang terbaik,tetapi akan menekan kemungkinan jumlah kematian yang dapat terjadi
(TWS)
disalin dari bulletin apki edisi 8
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jual Lahan buat buat Koi, air jernih dekat sumber ngalir 24 jam, debit besar, aman, pinggir jalan luas 1300m2 dusun Kedungrejo-Pujon, Malang 5 menit dari Dewisri buat yang tertarik silahkan survey/langka. harga nego mulaiRp.550.000/m2. Bp Tri telp. 0341-7754277
BalasHapus